SA"I : Pelajaran Kesabaran dan Tawakal dari Shafa ke Marwah

1. Pengertian Sa'i

Sa'i menurut bahasa artinya "berjalan" atau "berusaha". Menurut istilah, sa'i berarti berjalan darişafa ke Marwah, bolak-balik sebanyak tujuh kali yang dimulai dari şafa dan berakhir di Marwah, dengan syarat dan cara-cara tertentu.

2. Hukum Sa'i

Menurut Imam Syafi'i, Maliki, dan Hanbali, sa'i adalah salah satu rukun haji dan umrah yang harus dikerjakan oleh jemaah haji; jika seseorang tidak mengerjakan sa'i maka ibadah haji dan umrahnya tidak sah. Sedangkan menurut Imam Hanafi, sa'i adalah salah satu wajib haji yang harus dikerjakan oleh jemaah haji; jika seseorang tidak mengerjakannya ia harus membayar dam. Menurut Ibn Mas'ud, Ubay bin Ka'ab, Ibn Abbas, Ibn Zuhair dan Ibn Sirrin, sa'i itu hukumnya sunnah, dan tidak ada dam bagi yang meninggalkan.

3. Syarat Sa'i

  • Didahului dengan thawaf;
  • Dimulai dari bukit şafa dan berakhir di bukitMarwah;
  • Menyempurnakan tujuh kali perjalanan dari bukit Shafa ke bukit Marwah dan sebaliknya dihitung satu kali perjalanan;
  • Dilaksanakan di tempat Sa'i.

4. Sunah Sa'i

  • Setelah mendekati bukit şafa membaca:

إِنَّ الصَّفَا وَالْمَرْوَةَ مِنْ شَعَائِرِ اللَّهِ أَبْدَةُ بِمَا بَدَأَ اللَّهُ بِه.ِ

  • Berjalan biasa di antara şafa dan Marwah, kecuali di sepanjang lampu hijau, jemaah laki-laki disunatkan berjalan cepat (berlarilari kecil); jemaah haji perempuan tidak disunahkan lari-lari kecil;
  • Saat naik ke bukit şafa menghadap Kiblat dan membaca:

الله أكبر الله أكبر الله أكبر لا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ أَنْجَزَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابِ وَحْدَه.ُ

  • Dalam perjalanan antara şafa dan Marwah jemaah berzikir kepada Allah atau membaca ayat-ayat Al-Qur'an dan berdoa untuk keselamatan dunia dan akhirat;
  • Mengerjakan sa'i secara berturut-turut (muwalat) tanpa berhenti kecuali ada uzur.

5. Sai Bagi jemaah Udzur

Bagi orang yang sehat, kuat dan mampu berjalan, sebaiknya sa'i dilakukan dengan berjalan kaki, sedangkan bagi yang udzur disebabkan lemah atau sakit, boleh dilakukan dengan digendong, menggunakan kursi roda atau naik skuter matik. Sa'i boleh naik kendaraan berdasarkan hadits sebagai berikut.

عن جابر بن عبد الله يقول طافَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ في حجة الوداع عَلَى رَاحِلَتِه،ِ بِالْبَيْت،ِ وَبِالصَّفَا وَالْمَرْوَةِ لِيَرَاهُ النَّاسُ وَلِيُشْرِفَ ، لِيَسْأَلُوه  فَإِنَّ النَّاسَ غَشُوهُ

Sa'i dengan berjalan kaki adalah sunnah menurut golongan madzhab Syafi'i, madzhab Maliki dan dalam satu riwayat madzhab Hambali. Sementara itu menurut madzhab Hanafi, sa'i dengan berjalan kaki hukumnya wajib dan apabila ditinggalkan wajib membayar dam. Berjalan kaki murupakan syarat sa'i menurut satu riwayat dalam madzhab Hambali dan Maliki. Sa'id Basyanfar.

Apabila seseorang tanpa udzur melakukan sa'i dengan naik kendaraan maka hukumnya diperbolehkan dan tidak makruh, hanya saja ini menyelisihi yang lebih utama dan tidak ada kewajiban membayar dam atasnya.